Halaman

Laman

Halaman

Halaman

Monday, 1 January 2018

Mengenal Burung Cendrawasih Burung Surga (Bird of Paradise)


Burung Cendrawasih merupakan sekumpulan spesies burung yang dikelompokkan dalam famili Paradisaeidae. Burung yang banyak terdapat di Indonesia bagian timur, Papua Nugini, dan Australia timur ini terdiri atas 14 genus dan dan sekitar 43 spesies. 30-an spesies diantaranya bisa ditemukan di Indonesia.
Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan. Umumnya bulunya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.
Ukuran burung Cenderawasih beraneka ragam. Mulai dari yang berukuran 15 cm dengan berat 50 gram seperti pada jenis Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius), hingga yang berukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus albertisi) atau yang beratnya mencapai 430 gram seperti pada Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung (Manucodia comrii).
Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk ‘merayu’ betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi diatas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri.
Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat yang umumnya di daerah dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di beberapa pulau di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Papua. Selain itu juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur.
Jenis-jenis Burung Cendrawasih. Cendrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis). Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.

 Beberapa jenis Cendrawasih yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah :
  • Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus); endemik Maluku
  • Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti); Papua
  • Cendrawasih Kerah (Lophorina superba); Papua
  • Cendrawasih Paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill (Epimachus meyeri); Papua
  • Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica); endemik pulau Waigeo, Raja Ampat
  • Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius); Papua dan pulau sekitar
  • Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii); endemik Maluku
  • Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca); Papua
  • Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra); endemik pulau Waigeo, Indonesia
  • Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus); Indonesia, Papua Nugini, dan Australia
  • Cendrawasih Biru (Manucodia ater); Indonesia dan Papua Nugini
  • Astrapia Ekor Putih (Astrapia mayeri); Papua
  • Parotia Lawes (Parotia lawesii); endemik Papua, Indonesia

1. Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus)





Cendrawasih Gagak atau dalam nama ilmiahnya Lycocorax pyrrhopterusadalah Cendarwasih mirip gagak berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm. Bulunya gelap, lembut dan seperti sutera. Paruhnya hitam, warna mata merah karmin, dan memiliki suara panggilan yang mengingatkan pada gonggongan anjing. Burung jantan dan betinanya mirip. Burung betina sedikit lebih besar daripada burung jantan.
Cendrawasih ini bersifat monogami dan endemik di hutan dataran rendah di kepulauan Maluku di Indonesia. Makanan utamanya terdiri dari buah-buahan dan artropod. Tiga subspesiesnya telah dikenali, dan ditandai dengan ada atau tidaknya bercak putih pada bulu sayap bawah.

2. Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti)





Cendrawasih Panji atau dalam nama ilmiahnya Pteridophora alberti adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar 22cm, dari genus tunggal Pteridophora. Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam dan kuning tua, dikepalanya terdapat dua helai bulu kawat bersisik biru-langit mengilap, yang panjangnya mencapai 40cm dan dapat ditegakkan pada waktu memikat betina. Bulu mantel dan punggung tumbuh memanjang berbentuk tudung berwarna hitam. Iris mata berwarna coklat tua, kaki berwarna abu-abu kecoklatan dan paruh berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna hijau laut. Burung betina berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan bintik gelap. Betina berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi mantel atau bulu kawat hiasan.
Daerah sebaran Cendrawasih Panji adalah di hutan pegunungan pulau Irian.
Seperti kebanyakan spesies burung lainnya di suku Paradisaeidae, Cendrawasih Panji adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan menggunakan bulu mantel dan ke dua kawat di kepalanya pada ritual tarian. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri.
Nama ilmiah burung Cendrawasih Panji memperingati seorang raja berkebangsaan Jerman, Albert I dari Sachsen.

3. Cendrawasih Kerah (Lophorina superba)





Cendrawasih Kerah atau dalam nama ilmiahnya Lophorina superba, merupakan burung cendrawasih pengicau anggota famili Paradisaeidae. Ia adalah anggota satu-satunya dari genus Lophorina. Burung jantan berwarna hitam dengan mahkota berwana hijau pelangi, mempunyai bulu penutup dadanya biru-hijau dan berbulu pundak yang bisa menegak berwarna hitam beludru. Burung betinanya berwarna cokelat-kemerahan dan bawahnya bulu bergaris-garis warna cokelat. Burung muda berwarna mirip burung betina.
Burung Cendrawasih Kerah tersebar di seluruh hutan hujan di pulau Papua.
Burung jantan bersifat poligami dan menampilkan salah satu tarian kimpoi yang memukau dalam dunia burung. Pada awal penampialnnya dia akan menyanyikan nada keras dan cepat, lalu dia mulai melompat-lompat di depan betinanya. Tiba-tiba bulu pundaknya dan bulu penutup dada yang tadinya terlipat, menegak keluar dan mengembang di kepalanya dan membuatnya menjadi penari berbentuk elips.

4. Cendrawasih Paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill (Epimachus meyeri)


Cendrawasih paruh-sabit cokelat jantan


Cendrawasih paruh-sabit cokelat betina, ekornya lebih pendek



Cendrawasih Paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill atau dalam nama ilmiahnya Epimachus meyeri. Selain cantik, suaranya juga unik mirip bunyi senapan mesin, tipe paruh seperti ini biasanya merupakan pemakan serangga dan buah-buahan.
Wilayah persebaran cendrawasih paruh-sabit cokelat hampir merata di seluruh hutan-hutan pegunungan di Papua, baik yang berada di wilayah Indonesia (Provinsi Papua dan Papua Barat) maupun di negeri tetangga, Papua Nugini.

Paruh-sabit cokelat memiliki tiga saudara dekat, sesama anggota genus Epimachus, yaitu :
  1. Paruh-sabit ekor-kuning (Epimachus albertisi)
  2. Paruh-sabit-ekor-putih (Epimachus bruijnii)
  3. Paruh-sabit-kurikuri (Epimachus fastuosus)
Baca juga: Rahasia paling mudah agar burung cepat buka paruh paling jitu

5. Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica)




Cendrawasih Botak atau dalam nama ilmiahnya Cicinnurus respublicaadalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar 21cm long, dari marga Cicinnurus. Burung jantan dewasa memiliki bulu berwarna merah dan hitam dengan tengkuk berwarna kuning, mulut hijau terang, kaki berwarna biru dan dua bulu ekor ungu melingkar. Kulit kepalanya berwarna biru muda terang dengan pola salib ganda hitam. Burung betina berwarna coklat dengan kulit kepala biru muda.
Endemik Indonesia, Cendrawasih Botak hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Pakan burung Cendrawasih Botak terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga kecil.
Penamaan ilmiah spesies ini diberikan oleh keponakan Kaisar NapoleonBonaparte yang bernama Charles Lucien Bonaparte dan sempat menimbulkan kontroversi. Bonaparte, seorang pengikut aliran republik, mendeskripsikan burung Cendrawasih Botak dari spesimen yang di beli oleh seorang ahli biologi Inggris bernama Edward Wilson beberapa bulan sebelum John Cassin, yang akan menamakan burung ini untuk menghormati Edward Wilson. Tigabelas tahun kemudian, ahli hewan Jerman yang bernama Heinrich Agathon Bernstein menemukan habitat Cendrawasih Botak di pulau Waigeo.

No comments:

Post a Comment